BLORA, Beritajateng.id – Konflik antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan petani Desa Getas dan sekitarnya kembali pecah. Adu mulut tak terhindarkan setelah petugas lapangan UGM dicegat ratusan massa dari gabungan petani tebu Desa Getas dan sekitarnya pada Kamis siang, 15 Mei 2025.
Aksi penghadangan yang dilakukan oleh petani Getas itu diduga dipicu oleh kegiatan penanaman yang dilakukan oleh petugas lapangan dari UGM dengan dikawal oleh gakkum yang menggunakan senjata.
Salah seorang petani, Juwari, mengatakan bahwa sebelumnya telah terjadi kesepakatan antara warga dengan pihak UGM. Kesepakatan itu berupa tidak ada kegiatan penanaman maupun penyemprotan di lahan petani yang masuk dalam Kawasan Hutan Dengan Pengelolaan Khusus (KHDTK).
“Sebelumnya sudah terjadi mediasi dan terjadi kesepakatan, bahwa tidak akan ada kegiatan penyemprotan atau penanaman sebelum ada keputusan final setelah ada somasi. Tetapi menurut kami UGM mengingkari janji dengan terus melakukan kegiatan di lahan petani,” ujarnya.
Menurutnya, pihak UGM telah mengingkari kesepakatan tersebut. Warga juga merasa terintimidasi karena petugas lapangan dikawal oleh petugas gakkum menggunakan senjata laras panjang.
Hal ini menyulut emosi warga sehingga dengan menggunakan puluhan motor mereka nekat menghadang petugas dari UGM usai melakukan penanaman.
“Kami hanya melakukan peringatan terhadap petugas bahwa tidak boleh ada kegiatan sebelum ada keputusan final,” tandasnya.
Meskipun tidak ada aksi anarkis, namun hal ini sempat membuat heboh desa setempat.
Dari pantauan di lapangan, ketegangan antara pihak UGM dengan masyarakat Desa Getas sempat terjadi meskipun akhirnya berakhir dengan tertib.
Sementara itu, Soegito, salah seorang anggota Forum Bela Negara Republik Indonesia yang sempat datang dan mendampingi masyarakat, mengatakan bahwa kesepakatan hari itu tidak mendapatkan hasil.
Ia mengatakan, apabila terbukti terdapat pelanggaran kembali dari pihak UGM maka pihaknya mengancam akan mengerahkan massa lebih banyak lagi.
“Jika nanti pihak UGM kembali melanggar kesepakatan dengan melakukan penanaman ataupun penyemprotan di lahan petani milik warga kami akan mengerahkan massa lebih banyak lagi untuk menggerutuk pihak UGM,” ucapnya.
Petugas Gakkum yang enggan menyebutkan namanya mengatakan bahwa selama ini pihaknya hanya melakukan pendampingan petugas UGM ketika melakukan pengelolaan di lahan KHDTK.
“Kami melakukan pendampingan di lahan KHDKT jauh sebelum ada miskomunikasi antara pihak UGM dengan warga, dan kami tidak punya kewenangan untuk memberikan komentar apapun,” ucapnya.
Adapun petugas lapangan dari pihak UGM tidak ada yang berkenan memberikan komentar maupun statement terkait kegiatan yang dilakukan hari itu.
Jurnalis: Hanafi
Editor: Utia Lil