KUDUS, Beritajateng.id – Normalisasi Sungai Wulan yang diproyeksikan bisa menangani permasalahan banjir di wilayah Kudus, Demak, dan sekitarnya baru berjalan sekitar 4 persen. Padahal, normalisasi tersebut sudah dimulai sejak 2024 lalu.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pamali Juana, Fikri Abdurrochman, melaporkan bahwa progres pengerjaan proyek baru mencapai 4 persen dari total pekerjaan. Ia menyebut, dalam proyek itu terdapat dua titik pengerjaan yang sedang dalam proses.
“Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sungai agar dapat mengurangi risiko banjir di wilayah Kudus, Demak, dan sekitarnya,” ucapnya usai mendampingi Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana meninjau perkembangan proyek normalisasi dan peninggian tanggul Sungai Wulan di Dukuh Goleng, Desa Pasuruhan Lor, Kecamatan Jati, Kudus, Kamis, 6 Februari 2025.
Ia menjelaskan, kapasitas sungai yang semula hanya mampu menampung 700 meter kubik per detik akan ditingkatkan menjadi 1.300 meter kubik per detik. Pasalnya, kata dia, salah satu penyebab utama banjir bukan hanya curah hujan tinggi, tetapi juga keterbatasan daya tampung sungai.
“Kita tidak bisa selalu menyalahkan hujan. Masalahnya ada di kapasitas sungai yang kurang memadai. Dengan proyek normalisasi ini, air bisa mengalir lebih lancar, sehingga tidak terjadi tanggul jebol seperti tahun lalu,” jelasnya.
Normalisasi Sungai Wulan itu, kata Fikri, diharapkan bisa berdampak signifikan dalam mengurangi risiko banjir.
“Sungai Wulan adalah saluran utama pembuangan air, jadi proyek ini sangat penting. Kami berharap efeknya bisa dirasakan secara luas,” tambahnya.
Namun, ia mengakui bahwa ada beberapa tantangan dalam pengerjaan proyek ini, termasuk permasalahan sampah dan sedimentasi, sehingga pengerjaannya belum rampung hingga kini.
“Banjir memang terjadi setiap tahun, dan kemarin sempat ada genangan. Salah satu penyebabnya adalah sampah yang menyumbat aliran sungai. Ini masalah besar yang perlu ditangani bersama, baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun pelaku usaha,” tegasnya.
Sebagai langkah darurat, pihaknya telah menggunakan pancang bambu di beberapa titik rawan untuk memperkuat tanggul sementara.
“Ini hanya solusi sementara. Nantinya akan ada penanganan permanen agar tanggul lebih kuat dan tahan lama,” pungkasnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Beritajateng.id)