REMBANG, Beritajateng.id – Kekeringan di Kabupaten Rembang belum usai. Kini warga terdampak harus mengeluarkan uang sebesar Rp 20 ribu per hari untuk membeli air bersih.
Irwani, warga Desa Pedak Rembang, Kecamatan Sulang mengaku wilayahnya telah terdampak kekeringan sejak tiga bulan lalu. Bencana tersebut diakibatkan oleh mengeringnya Sungai Pedak lor.
“Sungainya mengering kalau musim kemarau, warga itu hidupnya bergantung dari aliran sungai itu. Kalau kering sudah tidak bisa lagi. Sekarang lihat saja sungainya bisa digunakan untuk main sepakbola anak-anak,” ujarnya pada Selasa, 29 Oktober 2024.
Selama musim kemarau, para warga harus membeli air untuk mencukupi kebutuhan. Selain itu, mereka juga bergantung pada bantuan dropping air bersih.
Irwani mengatakan, meskipun hujan sesekali membasahi desanya akhir-akhir ini, warga masih kesulitan mendapatkan air bersih lantaran tak ada air di sungai.
“Air digunakan untuk mandi, nyuci, terus minum juga. Ya untuk kebutuhan sehari-hari, tentunya saya bersyukur kalau ada bantuan air bersih,” kata dia.
Disisi lain, warga bernama Nugroho justru memanfaatkan kondisi sulit tersebut untuk beramal dengan melakukan dropping air bersih. Ia mengaku telah melakukan dropping air di beberapa dukuh dan desa pada Bulan Oktober.
Sebanyak 300 ribu liter air bersih telah ia kirimkan ke beberapa desa seperti Desa Warugunung, Desa Tanjung, Desa Bogorame, Desa Pranti, Desa Pedak, Desa Glebeg dan Desa Randu Agung.
Diketahui, dropping air bersih tersebut menggunakan uang pribadinya dan menghabiskan sekitar Rp 250.000 hingga Rp 300.000 setiap dropping.
“Tidak menentu, kalau warga minta ya saya dropping. Saya punya misi berkhidmat untuk umat,” imbuhnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang, dampak kekeringan di Kabupaten Rembang per 29 Oktober 2024 mengakibatkan 67 desa di 14 kecamatan kesulitan mendapatkan air bersih. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Beritajateng.id)