REMBANG, Beritajateng.id – Salah satu usaha terasi dari Desa Leran, Kecamatan Sluke, Rembang memiliki cita rasa rumahan yang menjadi ciri khas dari produk. Cita rasa tersebut membuat usaha produksi terasi dari desa mampu bertahan dan bersaing dengan produk lainnya hingga tiga generasi. Saat ini produksi yang masih menggunakan cara tradisional itu dikelola oleh sepasang suami istri yaitu Ngalimun dan Siti Nurwati.
Produksi terasi memanfaatkan area rumah pribadi Ngalimun yang berdekatan dengan laut. Usaha yang dinamakan Nur Barokah ini selalu ramai pembeli baik dari warga lokal hingga warga luar kota.
Ngalimun mengatakan bahwa proses pembuatan tradisional mempengaruhi cita rasa terasi sehingga produk miliknya memiliki keunikan sendiri dibandingkan lainnya.
“Setelah udang reborn ditumbuk lalu dijemur sampai kering. Baru dipres sampai padat berbentuk kotak. Kemudian tinggal di kemas,” kata Ngalimun menjelaskan proses produksi yang terbilang sederhana.
Menurut Ngalimun, menjalankan usaha terasi sangat mudah. Kemudahan tersebut ia temui di hampir setiap proses produksi hingga bahan yang didapatkan. Ia mengaku mendapatkan bahan pembuatan terasi dari nelayan setempat.
“Bahannya udang reborn, itu dari para nelayan,” tuturnya.
Ngalimun menuturkan bahwa usaha miliknya memiliki potensi pasar yang luas karena hampir semua dapur rumah tangga membutuhkan terasi untuk campuran masakan. Untuk harga jual, Ngalimun mematok harga mulai dari Rp60.000 per kilogram.
“Terasi ini harganya Rp60.000 per kilogram. Bisa tahan lama sampai tahunan,” jelasnya.
Ia dan istrinya berharap terasi Rembang dapat terus eksis dan menjadi potensi bisnis yang menjanjikan. (Lingkar Network | Vicky Rio – Beritajateng.id)