PATI, Beritajateng.id – Akibat keterlambatan musim kemarau tahun ini, sebagian petani tembakau di Kabupaten Pati mengalami kesulitan dalam proses penanaman.
Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Pati, Sudarto, mengatakan bahwa tembakau sulit berkembang ketika lahan tergenang air. Saat ini, hujan masih turun di saat waktunya kemarau membuat lahan tergenang.
“Tanam tembakau pada Musim Tanam (MT lll). Kita seharusnya tanam tembakau waktu kemarau. Namun, ternyata pada bulan ini malah turun hujan sehingga banjir,” ucap petani tembakau asal Kebonturi, Kecamatan Jaken pada Sabtu, 14 Juni 2025.
Darto mengungkap pada Kamis, 10 April 2025 sudah menanam tembakau di lahannya. Namun, hujan yang masih mengguyur wilayah Pati mengakibatkan tembakau yang ditanam beberapa kali mati.
“Lahan milik saya total 2 hektar, yang sudah saya tanami tembakau 1 hektar itu pun sampai 3 kali percobaan. Panen ketika sudah 3 bulan,” ujarnya.
Menurutnya, masa paling ideal menanam tembakau yakni musim kemarau. Sebab petani bisa mengatur pengairan untuk olah lahan secara cukup. Namun, ketika air kebanyakan akan berimbas pada kurang efektifnya perkembangan tanaman.
“Seharusnya tanaman tembakau saya sudah punggel tetapi karena kebanjiran, perkembangannya terhambat ini tidak terprediksi. Pertumbuhan tembakau tidak normal karena kebanyakan air,” ujar dia.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetya, menyampaikan, hujan masih mengguyur wilayah Pati hingga Juli 2025 nanti. Sementara musim kemarau diperkirakan baru datang di bulan Agustus.
Keterlambatan musim kemarau pada tahun ini, kata dia, diakibatkan fenomena iklim global, seperti El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD).
“Ya harusnya kita di bulan Mei sudah masuk musim kemarau. Bulan 6, 7, 8 dan 9 kita sudah kemarau. Tetapi karena karena pengaruh dari lamina atau siklon apa yang ada diatas, sehingga kemarau ini kelihatannya kemarau basah,” jelas dia.
Selain datangnya telat, musim kemarau pada tahun ini diprediksi hanya berlangsung pendek tidak seperti tahun-tahun biasanya yang bisa sampai 6 bulan.
“Bisa jadi musim kemaraunya mundur. Barangkali di Juli, Juni kita baru masuk pancaroba, kemudian nanti Agustus, September baru kemarau. Sebentar saja, nanti Oktober, November kita kembali masuk ke musim penghujan,” tandasnya.
Jurnalis: Setyo Nugroho
Editor: Utia Lil