BLORA, Beritajateng.id – Para investor mengeluhkan sejumlah kendala di wilayah Blora saat hendak menanamkan modal. Diantaranya yakni harga lahan yang mahal, akses jalan provinsi yang rusak, hingga sulitnya akses air di titik Kawasan Peruntukan Industri (KPI) eksisting.
“Kendala sebagian besar saat negosiasi harga tanah, menurut investor harga tanahnya (di Wilayah Blora) ketinggian,” kata Kepala Bapperida Blora, Mahbub Junaidi, Selasa, 18 Februari 2025.
Menurutnya, upaya yang mampu dilakukan yaitu bernegosiasi dengan stakeholder terkait, khususnya di pihak desa guna mengatasi permasalah tersebut.
Sementara untuk kendala sarana prasarana, ia mengatakan beberapa titik KPI yang diminati investor menjadi kendala. Diantaranya, akses jalan provinsi yang rusak dan sempit di Dukuh Kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban.
“Selain itu, ada KPI eksisting yang berada di Pos Ngancar terkendala sumber air yang berkurang,” kata dia.
Ia menyebutkan ada satu titik KPI eksisting yang memiliki luasan lahan mencapai 300 hektar. Sehingga dengan luasan lahan itu dapat menampung lebih dari satu perusahaan.
“Titik KPI di Desa Adirejo-Tawangrejo (Kecamatan Tunjungan, Blora) memiliki luasan 383 hektar, sehingga dapat menampung lebih dari satu perusahaan,” terang dia.
Selain itu, tambah Mahbub, ada dua titik yang melebihi 100 hektar, yaitu berada di Desa Ngraho Kedungtuban dan Desa Plantungan di Kecamatan Blora.
Secara keseluruhan, Mahbub mengungkap terdapat 14 titik KPI eksisting yang telah ditentukan di 11 kecamatan. Dari total tersebut, Pemkab Blora telah menyediakan 1.224 hektar lahan yang siap digunakan untuk investasi industri.
Selain itu, dari keseluruhan jumlah tersebut terdapat sembilan KPI eksisting yang telah ditempati perusahaan.
“Saat ini hanya tersisa lima titik KPI eksisting yang kosong atau belum satu pun perusahaan yang menempati,” tutur dia. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Beritajateng.id)