PEKALONGAN, Beritajateng.id – Curah hujan tinggi yang melanda Kabupaten Pekalongan dalam beberapa pekan terakhir menjadi masalah besar bagi petani. Selain menghambat proses pengelolaan lahan, kondisi itu meningkatkan risiko gagal panen pada sejumlah komoditas.
Ketua Duta Petani Milenial (DPM) Kabupaten Pekalongan Kuswanto mengungkap bahwa hujan ekstrem mempengaruhi berbagai aspek pertanian. Ia menjelaskan bahwa bedengan tanpa mulsa mudah ambrol akibat derasnya air hujan. Selain itu, lahan datar menjadi rawan tergenang air, sehingga sulit untuk mengelola lahan secara efektif.
“Tenaga kerja juga tidak bisa maksimal karena hujan yang turun hampir sepanjang hari. Untuk petani sayuran, risiko gagal panen sangat tinggi akibat genangan air yang membuat tanaman rusak,” ujar Kuswanto.
Musim hujan turut meningkatkan jumlah lalat buah yang menyerang tanaman petani. Hal itu disampaikan oleh Yunan seorang petani pepaya di Kecamatan Kajen. Menurutnya, serangga tersebut menyebabkan kualitas pepaya menurun drastis dan berpotensi mempengaruhi pendapatan petani.
Di sisi lain, Hartanto, petani alpukat dari Kecamatan Karanganyar, mengalami masalah dengan penurunan pH tanah yang drastis selama musim hujan.
“Biasanya pH tanah di lahan saya sekitar 5, sekarang turun jadi 3. Kondisi ini mengganggu pertumbuhan tanaman dan membuat saya harus mencari solusi tambahan,” ungkapnya.
Sebagai langkah mitigasi, Kuswanto mengajukan beberapa usulan kepada pemerintah. Ia meminta alat mekanisasi seperti kultivator dan mesin potong rumput dihibahkan ke desa-desa produktif agar proses pengolahan lahan lebih cepat.
Selain itu, ia mengusulkan agar ASN didorong membeli produk hasil panen lokal, serta subsidi pupuk diganti dengan subsidi pasca panen untuk membantu petani memulihkan kerugian.
“Dengan dukungan yang tepat, petani bisa lebih siap menghadapi tantangan cuaca seperti ini. Kami berharap pemerintah dapat merealisasikan usulan tersebut,” tutup Kuswanto. (Lingkar Network | Fahri Akbar – Beritajateng.id)