KUDUS, Beritajateng.id – Petani lombok di Desa Kesambi, Kecamatan Mejobo, Kudus, tengah menghadapi penurunan harga yang signifikan sejak Agustus.
Diketahui, sebelumnya harga lombok sempat menyentuh Rp 25.000 per kilogram pada Mei. Namun, kini harga tersebut jatuh menjadi Rp 10.000 hingga Rp 12.000 per kilogram di tingkat petani. Bahkan, pada September lalu, harga lombok sempat menurun tajam hingga Rp 6.000 per kilogram.
Ahmad Thoifur, salah satu petani lombok di Kesambi, Kudus, mengaku mengalami kerugian besar akibat harga yang tidak sebanding dengan biaya produksi.
“Kerugian saya mencapai Rp10 juta tahun ini. Tahun lalu saya masih bisa memperoleh pendapatan Rp160 juta dari dua kali panen,” ungkapnya pada Senin, 25 November 2024.
Menurut Ahmad, panen raya yang terjadi serentak menjadi salah satu penyebab utama anjloknya harga lombok. Faktor cuaca yang tidak menentu dan serangan hama seperti tikus memperburuk hasil panen dan mempengaruhi harga jual. Kondisi ini membuat petani semakin terpuruk, terutama karena biaya pupuk yang mahal.
Ahmad berharap, pemerintah dapat memberikan solusi konkret, baik berupa subsidi pupuk maupun pelatihan teknik pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
“Kami butuh pelatihan untuk cara menanam lombok yang lebih baik, supaya hasil panen lebih maksimal,” tambahnya.
Selain harga jual yang rendah, Ahmad mengungkap masalah pupuk menjadi kendala besar bagi petani lombok. Ia mengatakan bahwa pupuk untuk lombok cenderung lebih mahal dibandingkan tanaman lainnya, sehingga menggerus keuntungan petani.
“Kalau terus seperti ini, sulit untuk bertahan. Kami butuh solusi nyata,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kudus, Agus Setiawan, mengakui bahwa tantangan besar di sektor pertanian tidak bisa dihindari.
“Petani punya naluri tersendiri dalam menentukan apa yang akan ditanam, tetapi dinamika pasar tetap sulit diprediksi. Harga akan menguntungkan jika di atas Rp 20.000 per kilogram, karena itu batas impas biaya produksi. Jika di bawahnya, petani tidak untung,” jelas Agus.
Sebagai bentuk upaya membantu petani, Dispertan Kudus telah memberikan pelatihan pengolahan hasil panen seperti pengeringan cabai. Pelatihan ini dilakukan di beberapa lokasi, termasuk di Desa Kesambi, meski jumlahnya masih terbatas.
“Kami berusaha memberikan solusi, minimal untuk mengurangi beban petani. Tahun ini sudah ada dua paket pelatihan, meskipun skalanya masih kecil,” pungkas Agus. (Lingkar Network | Mohammad Fahtur Rohman – Beritajateng.id)