SEMARANG, Beritajateng.id – Aksi Kamisan Semarang merespon empat hari kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Para massa mengaku sangat khawatir mengenai bagaimana kepemimpinan Prabowo bisa menjadi lebih masif dan lebih besar ketika ia sendiri adalah terduga pelaku pelanggar HAM berat.
“Hal itu terbukti dengan 2 hari pasca pelantikan Yusril Ihza selaku Menteri Koordinator Bidang HAM juga menyampaikan bahwa tragedi Mei 1998 bukan tragedi pelanggaran HAM berat,” ujar Koordinator Aksi Kamisan Semarang Fathul Munif di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah pada Kamis, 24 Oktober 2024.
Munif menyebut wajah seluruh kabinet yang ada sekarang hanya untuk memoles citra Prabowo sebagai presiden.
“Yusril menghindari fakta yang diungkapkan oleh Komnas HAM mengenai pengakuan negara atas tragedi Mei 1998 adalah tragedi pelanggaran HAM berat. Ini membuat kami sangat keberatan dan membuat kami cukup marah sehingga, aksi kamisan yang ada di Semarang dan berbagai daerah langsung merespon itu dengan tema yang kita angkat untuk aksi kamisan di tanggal 24 Oktober 2024.” katanya.
Munif mengatakan bahwa latar belakang presiden saat ini tidak bisa lepas dari seorang militer. Sehingga menurutnya, Prabowo sangat paham bahwa ancaman terbesarnya adalah soal alat kekerasan.
Ia turut menyoroti para Menteri dan Wakil Menteri Kabinet Merah Putih yang dijadwalkan mengikuti pembekalan di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tangeh pada Kamis, 24 Oktober 2024.
“Maka simbol-simbol atau cara-cara militeristik pasti akan nampak secara jelas kedepan bahkan sebelum pelantikan dan pasca pelantikan ada penataran. Seragam loreng yang diberikan kepada kabinet dan lain sebagainya ini bukan lain adalah untuk membangkitkan traumatik masyarakat kita atas kekerasan yang dilakukan oleh para penegak keamanan,” katanya.
Munif menyinggung statement Prabowo Subianto baru-baru ini yang mengatakan bahwa siapa saja menteri yang tidak setuju atau sejalan dengan programnya mengenai makan bergizi bisa keluar dari kabinet yang dibentuk.
“Misal sudah berani mengancam untuk mengeluarkan pihak-pihak yang tidak mendukung makan bergizi untuk keluar dari kabinet dan lain sebagainya di awal-awal pemerintahannya justru adalah fakta bagaimana karakter dan pribadi Prabowo Subianto sebagai seorang militer pelaku terduga pelanggaran HAM berat,” katanya.
Ia menambahkan selama kampanye Pilpres kemarin, masyarakat tertipu dengan citra gemoy dan lembut yang diproduksi atas kebutuhan kampanye.
“Hari ini kita melihat bagaimana sosok asli citra dari Prabowo itu sendiri yang lekat dengan alat kekerasan,” imbuhnya. (Lingkar Network | Rizky Syahrul Al-Fath – Beritajateng.id)