REMBANG, LINGKAR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rembang, melaksanakan simulasi evakuasi bencana alam gempa bumi di rumah tahanan (Rutan) Kelas IIB Rembang. Hal ini berlandasan kekhawatiran terjadinya gempa di Bawean pada Maret 2024 yang berdampak sampai Kabupaten Rembang. Dimana pihak Rutan belum bisa melaksanakan tugas evakuasi secara maksimal ketika terjadi gempa.
Kepala BPBD Ex Officio Sekda Kabupaten Rembang melalui Kepala Pelaksana BPBD Sri Jarwati menjelaskan. BPBD Rembang Stasiun Geofisika Banjarnegara, melaksanakan sosialisasi dan simulasi evakuasi gempa bumi di Rutan Kelas IIB Rembang.
“Kegiatan ini berlangsung karena dampak dari gempa di Bawean pada Maret 2024 yang terasa sampai Kabupaten Rembang dan membuat warga binaan panik,” jelasnya pada kegiatan yang berlangsung Rabu (07/08).
Baca Juga
Karutan Kelas IIB Rembang Ingatkan Pegawai Agar Jaga Kesehatan dan Waspada Dalam Bertugas
Sosialisasi dan simulasi ini, merupakan kegiatan pertama untuk melaksanakan simulasi penanganan gempa di Rutan. BPBD Rembang juga terus berkoordinasi dengan semua pihak yang berkepentingan melalui zoom meeting untuk menyamakan persepsi standard operating procedure (SOP) antara Rutan dan BPBD.
“Kami bersyukur, hari ini bisa memenuhi permintaan Rutan Kelas IIB Rembang untuk melaksanakan simulasi. Ini bentuk dari kesiapsiagaan Rutan Kelas IIB Rembang untuk menghadapi kemungkinan bencana gempa bumi. Karena dampak gempa bumi Bawean sangat dirasakan di Rutan. Sehingga, timbul gagasan Kepala Rutan Kelas IIB Rembang,” ungkapnya.
BPBD Rembang bersama Stasiun Geofisika Banjarnegara mengawalinya memberikan TTX terkait kebencanaan terlebih dahulu sebelum melakukan simulasi evakuasi ketika terjadi bencana gempa bumi. Perlu diketahui, table top exercise (TTX) merupakan salah satu jenis dari kegiatan latihan yang biasa di gunakan dalam latihan penanggulangan bencana. Latihan ini merupakan bentuk latihan lanjutan dari latihan berbasis diskusi dimana dalam pelaksanaannya di paparkan skenario dan bagaimana sekenario stakeholder yang terlibat menyikapinya.
“Simulasi pada hari ini memang dikonsultasikan dengan Stasiun Geofisika Banjarnegara, sebab SOP evakuasi untuk warga Rutan beda dengan perlakuan dimasyarakat pada umumnya,” ucapnya.
Lapas merupakan perwujudan kecil ditengah masyarakat umum tetapi dengan kondisi tertutup. Sehingga, perlu ada penanganan khusus ketika melakukan evakuasi, sehingga seluruh warga binaan bisa terselamatkan ketika terjadi bencana. Warga Binaan juga harus keluar dari gedung menunggu sampai kondisi aman.
“Meski demikian, para penjaga blok di Rutan juga harus paham apa langkah evakuasi yang dilakukan. Sehingga warga Rutan selamat dari dampak yang ditimbulkan dari bencana alam gempa bumi serta masih bisa memenuhi sisa waktu pembinaan,” urainya.
Kepala Rutan Kelas IIB Rembang, Irwanto Dwi Yana Putra mengaku senang dengan kegiatan lintas sektoral ini. Pemberian hak kepada warga binaan, dalam hal ini adalah agar selamat dari musibah bencana alam seperti gempa bumi merupakan bentuk komitmen rutan kepada warga binaan.
Agar ketika terjadi bencana alam seperti gempa maupun lainnya, bisa melakukan langkah antisipasi dan evakuasi terhadap warga binaan.
“Dengan simulasi ini, diharapkan bisa membiasakan diri ketika ada bencana. Termasuk koordinasi dengan instansi yang tepat, sehingga kemungkinan terburuk dari dampak terjadinya bencana bisa dicegah,” ungkapnya.
Sebab imbuhnya, beberapa waktu lalu ketika terjadi gempa di Bawean pada Maret 2024 juga sangat terasa getarannya di Kabupaten Rembang meski tidak menimbulkan dampak buruk.
“Pihak lapas sempat kebingungan untuk melakukan evakuasi dan sikap yang harus dilakukan terhadap warga binaan agar bisa selamat dari bencana gempa,” tutupnya. (vic)