PATI, Beritajateng.id – Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Narso, mengimbau Pemerintah Daerah (Pemda) untuk meningkatkan infrastruktur penunjang produksi garam.
“Jadi infrastruktur yang menunjang peningkatan produksi garam itu perlu ditingkatkan. Supaya semakin bagus, produksi garam semakin baik,” ujarnya pada Jumat, 9 Agustus 2024.
Narso menilai untuk mengatasi endapan lumpur di sungai yang terbawa hingga ke tambak garam, dibutuhkan kerjasama antar organisasi perangkat daerah (OPD). Pasalnya endapan lumpur yang berada di sungai sebagai infrastruktur penunjang produksi garam, berpengaruh terhadap kualitas harga garam.
“Masih susah kalau itu, harus antar instansi. Coba nanti kita kaji dulu yang efek kapal lewat. Karena kan sepanjang pantai itu, sepanjang garis sungai itu jarang dilewati kapal sebenarnya,” paparnya.
Jio (50) petani garam asal Bumimulyo, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati mengeluhkan kondisi air laut yang dijadikan sebagai bahan pembuatan garam terindikasi mengandung lumpur.
Ia menjelaskan setiap musim kemarau, air yang diambil dari laut melalui aliran sungai selalu mengandung lumpur. Menurutnya, hal itu diakibatkan adanya aktivitas kapal di Sungai Silugonggo.
“Ya kapal, ya lumpur itu, lumpur di tepi sungai di kebyur kapal itu. Ada kapal, itu yang efeknya lumpur kapal itu, dikebut terus setiap lewat, terus larinya ke sini,” ujarnya belum lama ini.
Selain aktivitas kapal di Sungai Silugonggo, lanjut dia, air bahan pembuatan garam mengandung lumpur dikarenakan bibir pantai di Wilayah Pati terdiri dari lumpur bukanlah pasir. Sehingga, lumpur yang ada di bibir pantai terbawa ke tambak garam milik petani.
“Kalau sudah tiga kilo dari sini tidak ada lumpur, Lengkong (Sungai). Lautnya kan pasir. Kalau ngerang, Raci, Ketintang Wetan sama Mujil itu efek lumpur. Cuma di tiga desa yang efek lumpur,” tandasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Beritajateng.id)