REMBANG, Beritajateng.id – Jelang musim kemarau, petani garam di Desa Purworejo, Kecamatan Kaliori, Rembang, Jawa Tengah mulai mempersiapkan lahan untuk produksi. Meskipun secara perhitungan telah memasuki musim kemarau, namun cuaca yang tidak menentu kerap membatalkan rencana petani untuk segera membuat garam.
Salah satu petani garam Desa Purworejo, Agung (40) mengatakan bahwa hujan yang melanda Rembang Senin pagi, 9 Juni 2025 hingga siang hari, harus membuat ia menguras lahan yang tergenang air. Hal ini lantaran lahan untuk produksi garam harus dalam keadaan kering.
Sebelumnya, lahan-lahan tersebut digunakan sebagai tambak ikan bandeng. Namun, petani harus beralih ke produksi garam saat musim kemarau tiba.
“Ini posisi dikuras memang untuk menghadapi kemarau dipakai proses buat garam. Tahap awal dikeringkan dulu, lalu penataan lahan, galengan-galengan ini ditata dulu,” ujar Agung.
Di sela-sela proses pengurasan lahan, kata dia, para petani juga mengumpulkan ikan-ikan bandeng yang terjebak di lahan tambak. Hasil tangkapan ikan bandeng ini menjadi tambahan pendapatan bagi petani sebelum mereka fokus pada produksi garam.
Agung menjelaskan bahwa petani garam di Desa Purworejo masih menggunakan metode tradisional dalam pemanfaatan lahan yakni dengan bergantian antara produksi ikan bandeng dan garam tiap 6 bulan.
“Kalau misalnya musim penghujan kan diberi ikan bandeng, kalau menghadapi kemarau ikannya dipanen, baru buat garam,” ujarnya.
Proses produksi garam dimulai dengan mengeringkan lahan, lalu penataan lahan. Setelah kering, lahan diberi terpal dan diisi dengan air laut.
“Cuaca sangat mempengaruhi, soalnya garam itu butuh cuaca panas ekstrem. Kalau ada hujan garamnya hilang, ulang dari awal,” ungkap Agung.
Ia menjelaskan, produksi garam telah menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar masyarakat setempat. Namun, produksi dan harga garam sangat bergantung pada cuaca dan musim.
Saat ini harga garam mencapai Rp 1,3 juta per kilogram dan bisa turun menjadi Rp 800 ribu per kilogram saat panen raya berlangsung.
Agung berharap bantuan dari pemerintah dapat terus berlanjut seperti pengadaan terpal dan adanya penyetaraan harga agar para petani tidak rugi.
“Program kelompok petani garam, intinya bisa sama rata harga dari ujung sini sampai sana, jadi tengkulak tidak bisa main mas,” tambah Agung.
Jurnalis: Muhammad Faalih
Editor: Utia Lil