SEMARANG, Beritajateng.id – Popularitas Dico Ganinduto cukup tinggi terutama di kalangan emak-emak. Hal ini tentu bisa menjadi modal sebagai Calon Walikota Semarang. Terutama sejak mendapat dukungan dari Partai Golkar dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Popularitas yang tinggi itu terbukti saat Dico Alun-Alun Kauman Semarang belum lama ini. Alun-Alun Kauman selalu ramai pedagang di setiap akhir pekan, banyak emak-emak penjual maupun pengunjung yang memanggil namanya. Bahkan salah satu pedagang memberikan hasil dagangan untuk bisa dicicipi bakal calon Walikota Semarang ini secara gratis.
“Jangan Bu, tetap saya bayar,” kata Dico menolak gratisan sambil tersenyum.
Selain karena suami artis ternama, Dico juga memang sangat ramah ketika berjumpa dengan masyarakat dan menjadi idola kaum emak-emak. Secara politik ketenaran dan digandrungi kaum emak-emak tentu menjadi kekuatan tersendiri.
Terkait hasil survei yang beredar, Dico menjelaskan jika pihaknya sedang mengadakan survei dan akan diumumkan 15 Agustus 2024 mendatang.
“Saya baru mulai terjun ke masyarakat dan blusukan 20 Juli 2024 lalu bersama nas Gibran, meski sudah dideklarasikan sebelumnya, jadi kalau secara survei saya kalah ya wajar, apalagi periode nya saya baru memulai blusukan,”ujar Dico Rabu, 7 Agustus 2024.
Peta aslinya kata Dico baru bisa terlihat usai hasil survei keluar minggu depan. Dico sendiri makin sering blusukan karena dengan cara tersebut popularitasnya semakin tinggi.
Sementara pengamat politik UIN Walisongo Semarang, Kholidul Adib, menyebutkan selain popularitas, dukungan partai politik juga penting dan sangat vital untuk bisa maju menjadi calon walikota.
Dico saat ini baru dua partai yang menyatakan dukungannya, yaitu Golkar dan PSI dengan total perolehan sembilan kursi. Sehingga kursi parlemen partai politik pengusung Dico Ganinduto juga masih kurang.
Menurut Kholidul Adib jika tidak ada partai yang merapat, maka kader Partai Golkar itu tidak bisa mendaftar sebagai calon wali kota. “Nasib Dico yang baru diusung Golkar dan PSI baru sembilan kursi gak aman. Dia harus gabung ke partai lain, kalau enggak Golkar dan PSI bisa tidak terlibat dalam proses Pilkada,” ujar Kholidul Adib.
Saat ini, lanjut Adib, arah dukungan Gerindra sangat menentukan berapa poros atau berapa pasangan calon yang bertarung di Kota Semarang. Maka dari itu peran partai berlogo garuda tersebut saat ini sangat berperan besar.
“Kalau Gerindra sudah ke Yoyok yang belum lama ini sudah mendeklarasikan maju bakal calon walikota dan mendapat dukungan 6 parpol maka PSI dan Golkar kemungkinan besar juga akan ke Yoyok. Nah sehingga ada dua poros KIM (Koalisi Indonesia Maju) plus pengusung Yoyok dan poros PDIP,” lanjutnya.
Yoyok Sukawi diketahui telah mendeklarasikan maju menjadi calon walikota dengan dukungan dari enam partai di antaranya Partai Demokrat, PKS, PKB, PAN, Nasdem, PPP.
Namun jika pada akhirnya nanti Gerindra memutuskan berlabuh ke Koalisi Semarang Maju, maka kemungkinan Yoyok Sukawi akan melawan kandidat yang diusung PDIP.
“Cuma sampai hari ini lobi-lobi semua. Kalau terjadi dua poros sangat mungkin kalau upaya Yoyok melobi Gerindra berhasil. Kalau bergabung dengan Yoyok, berarti ada tujuh partai bergabung, total ada ada 27 kursi,” ungkap Adib.
Menurut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Walisongo tersebut, saat ini dinamika politik masih sangat cair. Partai-partai yang ada di Kota Semarang masih intens menjalin komunikasi. (Lingkar Network | Rizky Syahrul Al-Fath – Beritajateng.id)