BLORA, Beritajateng.id – Minat masyarakat Blora untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) meningkat dibandingkan tahun lalu. Hal ini diungkap oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan (Dinperinaker) Blora Endro Budi Darmawan.
“Tren jumlah TKI dari Blora meningkat tahun lalu,” katanya.
Menurut Endro, faktor ekonomi dan gaji besar di luar negeri menjadi alasan para warga memilih bekerja di luar negeri. Data yang direkap akhir tahun lalu, mencatat sebanyak 150 orang menjadi pekerja migran.
Lebih rinci, ia menjelaskan warga yang menjadi TKI tahun lalu berasal dari 16 kecamatan. Terbanyak dari Kecamatan Todanan yakni 61 orang, disusul Kecamatan Cepu 14 orang dan kecamatan kota 11 orang. Negara tujuan mereka yakni Malaysia, Taiwan, Hongkong, Korea Selatan, Yordania, Saudi Arabia, Brunei Darussalam, Kroasia, Singapura, dan Polandia.
“Kebanyakan pekerja migran ini menjadi asisten rumah tangga, pekerja perkapalan, dan pekerja pabrik,” ungkapnya.
Pihaknya mengimbau, agar para pekerja migran yang ingin ke luar negeri berangkat melalui agensi resmi. Sebab jika melalui jalur ilegal, pemerintah akan sulit memberikan bantuan apabila terjadi masalah saat bekerja.
“Dipastikan PJTKI-nya resmi, dan sebelum berangkat mendaftar dulu di Disperinaker,” harapnya.
Ia juga mewanti-wanti agar masyarakat tidak tertipu calo yang menjanjikan gaji besar, namun dengan cara menjadi TKI ilegal.
“Untuk kasus ini biasanya di desa-desa, tapi untuk saat ini di Blora tidak ada laporan terkait itu,” tutupnya.
Salah seorang warga di Kecamatan Randublatung, Santi, mengungkap sulitnya mencari kerja di Blora. Sehingga ia berkeinginan untuk berangkat ke negara Taiwan dan mengadu nasib.
Saat ini, ia tengah belajar dan kursus bahasa agar bisa lebih lancar berkomunikasi di negara tujuan.
“Disini juga susah mencari kerja, pengen sekalian merantau ke luar negeri, hasilnya nanti untuk bangun rumah,” ujarnya, Senin, 7 April 2025.
Hal senada dikatakan oleh seorang pria warga Kecamatan Cepu yang tidak mau disebutkan namanya. Ia mengaku hendak menjadi TKI di Korea Selatan lantaran ingin memperbaiki ekonomi keluarga. Sebab, di tempat kelahirannya sulit mencari pekerjaan.
“Sudah pelatihan bahasa korea, dan kemungkinan tahun ini berangkat,” ungkapnya. (Lingkar Network | Hanafi – Beritajateng.id)