PATI, Beritajateng.id – Harga cabai di Kabupaten Pati beberapa pekan ini melambung tinggi. Berdasarkan hasil pemantauan di pasar, harga cabai rawit merah tembus di harga Rp 95 ribu per kilogram.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Pati melalui Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kun Saptono mengungkapkan beberapa penyebab melejitnya harga cabai tersebut. Pertama, suplai dari petani semakin berkurang.
“Kondisi kemarau basah ini semakin mahal, ini terkait supply dan demand. Jadi supply itu dari petani dan demand itu dari permintaan masyarakat. Yang pertama karena suplainya dari petani itu semakin berkurang, karena kita ini cabai bukan komoditas yang menyangga Kabupaten,” ujarnya.
Selanjutnya, disebabkan oleh permintaan dari masyarakat yang cukup tinggi. Setelah kondisi pandemi mulai membaik, katanya, banyak masyarakat yang mulai mengadakan hajatan.
“Relatif sekarang sudah banyak orang punya hajat atau punya kerja, kemudian acara-acara keagamaan, budaya kemudian restoran, catering dan sejenisnya itu relatif sudah tinggi. Sehingga tingginya konsumsi dan permintaan masyarakat di tingkat rumah tangga maupun instansi maka supply dan demand. Hukum pasar dimana permintaan yang tinggi maka harga otomatis mengikuti,” ungkapnya.
Baca Juga
Jelang Idul Adha 2022, Harga Bawang Merah di Jepara Meroket
Selain itu, lanjutnya, produksi cabai saat ini mengalami gangguan karena cuaca yang tidak menentu. Kemudian, banyak muncul hama penyakit yang dapat mengganggu proses produksi cabai.
“Kalau cabai itu penyakitnya patek, layu fusarium, kemudian layu bakteri. Ini umum terjadi saat kelembaban cukup tinggi. Sehingga, dengan kondisi seperti ini, Pemkab Pati tidak bisa berbuat banyak karena kondisi alam seperti itu. Intervensinya kita melalui teman-teman penyuluh di lapangan dan teman-teman petugas pengendali hama dan penyakit ini kita hanya bisa menyampaikan tata cara budidaya sesuai dengan kondisi yang ada,” ujarnya.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil pantauannya, para penjual cabai di Kabupaten Pati lebih banyak mendapatkan suplai dari luar daerah. Hal tersebut dikarena pasokan cabai dari Kabupaten Pati sangat kurang. Pasalnya, petani cabai di Pati hanya ada di spot-spot desa tertentu dan tidak berbentuk hamparan.
Kun menyebutkan produksi cabai di Kabupaten Pati berada di wilayah Kecamatan Pucakwangi, Jaken, Batangan dan Sukolilo dengan budaya penanaman spot-spot. Maka dari itu pihaknya tidak dapat menargetkan produksi cabai dan ini tidak bisa menjadi andalan. (Lingkar Media Network | Koran Lingkar)