KAB.SEMARANG, Beritajateng.id – Melalui Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan (Dispertanikap), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang menggencarkan pertanian organik untuk mengatasi penurunan harga sayuran di Kabupaten Semarang yang membuat petani merugi.
Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang Moh. Edy Sukarno menerangkan bahwa berbagai jenis sayuran mengalami penurunan harga yang signifikan. Menurutnya, dengan beralih ke pertanian organik, jumlah produksi hasil panen akan mengalami peningkatan.
“Jenis-jenis sayuran yang turun harganya saat ini ada diantaranya tomat, cabai, kubis, dan beberapa jenis lainnya. Penurunan harganya cukup signifikan. Ini disebabkan karena suplai sayuran ini lebih banyak dari pada permintaan pasar,” katanya pada Minggu, 13 Oktober 2024.
Diantara sayuran yang mengalami penurunan harga yaitu kubis atau kol seharga Rp 1.000 per kilogram dan tomat Rp 2.000 per kilogram. Selain itu, harga cabai jatuh di harga Rp 12.000 hingga Rp 30.000 per kilogram.
“Ya karena sedang panen raya, khusus di daerah-daerah penghasil sayuran ini sedang panen raya, sedangkan permintaan di pasar tetap ada, tapi tidak menurun dan tidak naik, standar. Jadi dasarnya adalah petani ini sedang panen raya, stok sayur banyak, tapi permintaan di pasar biasa saja seperti biasanya,” jelas dia.
Dengan alasan kondisi tersebut, Dispertanikap mendorong para petani untuk mengubah sistem pertanian yang semula non-organik dan manual menjadi pertanian organik dan modern.
“Kalau petani-petani ini merubah sistem pertanian mereka, dari manual dan non-organik menjadi pertanian modern serta organik, maka ini bisa menghindari kerugian yang besar di kalangan para petani,” beber dia.
Menurut Edy, selain meningkatkan jumlah produksi, pertanian organik dan modern mampu menghemat biaya pertanian dalam mengolah lahan. Pupuk yang digunakan juga jauh lebih terjangkau sebab menggunakan pupuk organik.
Salah satu petani muda di Kabupaten Semarang yang menerapkan sistem pertanian organik di wilayah Getasan, Shofyan Adi Cahyono mengungkapkan bahwa sistem tersebut lebih menguntungkan.
“Sangat menguntungkan ya saat menerapkan sistem pertanian modern dan organik seperti ini, karena selain jumlah produksi panennya, juga mampu menstabilkan harga pasar. Harapannya makin banyak petani yang beralih ke pertanian organik dan modern seperti ini,” tukasnya. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Beritajateng.id)