KAB.SEMARANG, Beritajateng.id – Sejak awal bulan Januari 2025, total terdapat 59 ekor sapi di Kabupaten Semarang yang suspect positif terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan (Dispertanikap), Moh Edy Sukarno melalui Kabid Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner (Keswan Kesmavet) Dispertanikap Kabupaten Semarang, Yohana Diah Haruni, menjelaskan bahwa jumlah 59 ekor sapi itu merupakan angka kumulatif sejak awal Januari 2025.
“Kalau per Minggu, 5 Januari 2025 kemarin ini ada penambahan 9 ekor sapi yang suspect. Artinya total angka 59 ekor sapi suspect PMK ini sudah ditambah dengan 9 ekor sapi kemarin yang suspect PMK di wilayah Kabupaten Semarang,” kata Yohana, Senin, 6 Januari 2025.
59 sapi yang dinyatakan suspect itu, kata Yohana, terdiri dari sapi hibrida atau Sapi PFH sebanyak 25 ekor, dan sapi potong 34 ekor. Sedangkan untuk domba, kambing, dan kerbau, dilaporkan nihil suspect PMK.
Selain itu, enam ekor sapi kini telah dalam kondisi membaik dan satu mati.
“Sehingga, dari data tersebut saat ini ada 52 ekor kasus aktif PMK di Kabupaten Semarang sejak awal Januari 2025 ini,” bebernya.
Untuk sebaran kasus PKM di Kabupaten Semarang, Yohana mengatakan bahwa kasus tersebut ditemukan di delapan kecamatan.
Diantaranya yaitu di Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Susukan, Kecamatan Tengaran, Kecamatan Suruh, Kecamatan Getasan, Kecamatan Pringapus, dan Kecamatan Ungaran Timur, serta Kecamatan Ungaran Barat.
“Sedangkan untuk laporan penambahan adanya sapi yang suspect di Kabupaten Semarang, per hari Minggu, 5 Januari 2025 kemarin, terjadi di Kecamatan Tengaran ada delapan ekor sapi, dan di Kecamatan Suruh ada satu ekor sapi,” terang dia kembali.
Mengatasi hal ini, Yohana mengatakan bahwa pihaknya mengedukasi para peternak tentang kesehatan hewan ternak. Diantaranya yakni peningkatan daya tahan, menjaga kualitas pakan, kebersihan kandang, dan pembatasan lalu lintas orang ke kandang.
Selain itu, upaya lainnya yakni mengimbau peternak agar menghindari memasukkan hewan ternak baru dari wilayah lain ke kandang.
“Hewan baru kami anjurkan untuk di karantina terpisah dulu dengan hewan yang sudah ada. Dan apabila ada laporan dari peternak, maka petugas kami akan segera merespon, dan jika dideteksi PMK maka akan segera dilakukan pengobatan,” tegasnya.
Untuk pencegahan lebih luas. pihaknya meningkatkan pemeriksaan kesehatan ternak yang masuk ke pasar hewan. Sementara mengenai kemungkinan penutupan pasar akibat PMK, Yohana mengatakan bahwa hal tersebut tidak dilakukan karena kasus PMK masih dalam kondisi kondusif dan dapat ditangani. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Beritajateng.id)