DEMAK, Beritajateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak melakukan normalisasi saluran irigasi Klambu Kiri yang terletak di Desa Trengguli, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak guna mempermudah kelancaran kebutuhan air bagi petani.
Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Seluna Kabupaten Demak, Kadri S.T mengatakan bahwa normalisasi saluran irigasi Klambu Kiri sudah pernah dilelangkan, namun karena pandemi Covid-19, membuat normalisasi tersebut terpaksa tertunda dan dilanjutkan tahun 2022 untuk dilakukan pengerukan sedimen agar tak menghambat penyaluran air.
“Sebenarnya ini anggaran tahun 2019 sebelum Covid-19. Berhubung ada Covid-19 lalu ditunda, lelangnya dibatalkan terus diganti padat karya. Karena sedimennya tambah banyak, lalu diadakan lelang lagi di tahun 2022. Sebenarnya rutin dilakukan 2 tahun sekali untuk pengangkatan sedimen, tapi sekarang hampir 3 tahun baru dilakukan,” tuturnya pada Kamis, 25 Agustus 2022.
Meski demikian, ia menilai bahwa pengerukan sedimen kali ini belum maksimal lantaran keterbatasan anggaran. Selain itu, adanya penumpukan sedimen yang terlalu tinggi sehingga mengakibatkan air tidak dapat mengalir.
“Normalisasi kali ini belum maksimal. Berhubung anggarannya kurang dan sedimennya terlalu tinggi maka hanya diambil antara Kecamatan Gajah sampai Desa Trengguli,” jelasnya.
Baca Juga
Ratusan Warga Rembang Sepakati Proyek Pembangunan Jalan Tol Demak-Tuban Tak Lintasi Kota
Ia pun mengaku bahwa pihaknya akan melanjutkan pengerukan sedimen di saluran irigasi Klambu Kiri saat anggaran telah tersedia.
“Untuk kelanjutannya, kalau besok ada anggarannya akan diadakan lelang lagi untuk meneruskan,” lanjut Kadri.
Kadri mengungkapkan bahwa bekas sedimen dari normalisasi saluran irigasi nantinya akan dibawa ke Rowo Sedo tanah milik Provinsi Jawa Tengah.
“Untuk bekas sedimen nanti akan ditampung di Rowo Sedo di tanah milik Provinsi. Kalau ditimbun di tanggul kan tidak muat dan untuk menghindari terjadinya longsor ke lahan milik warga,” ucapnya.
Diketahui, pengerukan sedimen tersebut telah dimulai dari tanggal 16 Juli 2022. “Dimulai tanggal 16 Juli kemarin, karena sedimennya sudah penuh sehingga airnya kan tidak sampai sasaran. Terutama di Jebor, air di sana tidak dapat masuk,” ujarnya.
Meski normalisasi belum semuanya dikerjakan, pihaknya berharap pengerukan sedimen bisa mengurangi hambatan warga akan kebutuhan air, khususnya bagi para petani.
“Walaupun normalisasi belum semuanya, setidaknya sudah mengurangi. Sehingga aliran air bisa lancar dan kebutuhan warga serta petani bisa tercukupi. Semoga ini sesuai rencana, sehingga airnya bisa sampai sasaran,” harapnya. (Lingkar Media Network | Koran Lingkar)