PATI, Beritajateng.id – Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Narso, meminta Pemerintah Daerah (Pemda) mengontrol persediaan garam terutama memasuki musim kemarau ini.
Narso memang mengakui mengontrol harga garam di saat musim panen raya garam sangatlah sulit. Mengingat, jumlah produksi tidak sesuai dengan permintaan di pasar.
“Kalau harga garam untuk stabil itu kan masih sulit ya. Karena produksi juga fluktuatif,” ujarnya saat ditemui usai Rapat Paripurna, Rabu, 7 Agustus 2024.
Wakil rakyat dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu meminta Pemda Pati untuk sungguh-sungguh memperhatikan petani garam yang selalu menghadapi rendahnya harga garam di saat musim panen raya. Menurutnya, Pemda harus mengontrol stok garam yang ada di Pati, terlebih di saat musim kemarau.
“Kami cuma berharap ada ketegasan dari Pemerintah, supaya garam industri itu tidak dipakai atau tidak sampai bocor untuk garam apa namanya untuk sektor rumah tangga,” tegasnya.
Narso menyebut Kabupaten Pati merupakan salah satu daerah yang memiliki tambak garam terluas di Jawa Tengah. Oleh karena itu, potensi tersebut harus dimanfaatkan dengan baik oleh Pemda Pati.
“Sebetulnya, di Jawa Tengah itu, potensi garam kan pusatnya kan ada di Pati itu, ya mestinya kita berharap ada perhatian lebih dari Pemerintah Kabupaten Pati terkait produksi garam itu. Terstruktur terutama,” harapnya.
Sebelumnya, Jio (50), petani garam asal Bumimulyo, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati mengaku tak bisa berbuat apapun meskipun harga garam menurun hingga Rp 500 per kilogramnya. Menurutnya, harga garam menurun akibat stoknya yang melimpah.
“Itu Ndak bisa itu garam. Garam tergantung iklim dan fluktuasi pasar, susah pasti itu. Walaupun Bulog atau apa mengendalikan harganya. Sudah pasti,” ungkapnya baru-baru ini.
Jio mengungkapkan, awal musim panen harga garam masih mencapai Rp 1 ribu per kilogramnya. Namun setiap minggunya harga garam merosot sebesar Rp 50 per kilogramnya.
Diprediksi harga garam masih terus merosot lagi pada Agustus nanti. Di mana, bulan tersebut menjadi puncak masa produksi garam di wilayah Pantura.“Kalau tahun ini awalnya seribu. Satu Minggu mulai turun Rp 50, Rp 50 sampai harga sekarang itu Rp 650. Nanti kalau kemarau ini panjang bisa dipastikan mencapai Rp 400, itu bisa, diprediksi per kilo itu,” tandas dia. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Beritajateng.id)